Sejauh pengetahuan saya yang bukan wanita ini, produk pembalut hanya terbagi menjadi dua aliran : siang dan malam.
Sedangkan dari iklan yang berseliweran, saya sedikit tahu kalau pembalut dari mahzab siang biasanya berdesain minimalis, tipis, dan tak ada masalah dengan berat badan alias ringan.
Bagaimana dengan versi malam ?
Sepertinya, keanggunan bentuk tak jadi daya tarik utama. Yang penting tebal, panjang, dan ada sayapnya. Biar bisa terbang ? Bisa jadi.
Tapi yang pasti, saya kok agak prihatin dengan inovasi dan mbulet-nya perkembangan teknologi di dunia per-pembalut-an ini.
Bagaimana tidak, lha wong dari sekian banyak produsen pembalut di Bumi Pertiwi, belum ada satu pun pioner yang mampu menelurkan produk pembalut ber-genre hardcore.
Maksud saya, belum ada pembalut yang mampu dengan sangat baik menunjang aktivitas pemakainya yang liar, radikal.
Naik gunung, misalnya.
Padahal kalau kita kaji lebih dalam, banyak lho aktivis naik gunung dari kalangan kaum Hawa, mulai dari yang feminim sampai yang tomboy, dari kaum hijabers hingga jemaah casual.
Semua melebur jadi satu dalam riuhnya pendakian, dalam bisik-bisik umpatan “pembalutku ga nyaman tau”.
Jelas, diskriminasi sosial semacam ini harus segera dienyahkan. Soal kapan, mari kita tunggu para desainer produk pembalut mengadakan konferensi pers di gedung Kementerian Pembangunan Wanita dan Keluarga.
Sambil menunggu, akan saya beberkan dulu bagaimana cara menikmati ritual naik gunung meskipun Anda sedang haid, meskipun pembalut yang Anda pakai masih itu-itu saja. Kalau ga tipis, yang ada sayapnya.
Daftar Isi :
0. Diam atau Pergi
Sebelum memutuskan muncak, jawab dulu pertanyaan krusial ini :
“Aku yakin kuat ga sih dengan kondisi haid seperti ini ?”
Jawaban ini hanya Anda yang tahu, sebab hanya Anda yang paham kondisi tubuh Anda. Gunakan pengalaman sebagai bahan pertimbangan.
Kalau Anda sudah sering naik gunung meski sedang ada tamu bulanan, harusnya tak ada masalah. Tapi kalau ini akan jadi pengalaman pertama, di rumah mungkin jadi opsi terbaik bagi Anda.
Ingat, tingginya gunung tak mendadak jadi rendah hanya karena Anda haid. Begitu pun dengan kompleksnya pendakian. Jangan sampai Anda jadi tersesat di gunung hanya gara-gara kondisi pikiran yang labil perkara haid.
Cari aman saja sambil menunggu waktu yang tepat. Lagi pula, bukankah menunggu adalah ketemu yang tertunda ? Eaaa.
A. Persiapan
1. Bawa Pembalut Yang Banyak
Kalau Anda memutuskan pergi, pastikan amunisi tercukupi.
Bawa persediaan yang banyak. Borong di warung tetangga kalau bisa. Kalau perlu, pakai dulu budget beli mie untuk keperluan maha urgent ini.
Sedikit saran, pilihlah jenis pembalut dari mahzab malam. Sebab, aktivitas muncak membutuhkan pergerakan ekstra, yang berbanding lurus dengan derasnya darah haid yang ekstra juga.
Ekstra kuadrat seperti itu harus ditanggulangi dengan pembalut yang tebal, dan bisa terbang. Maksudnya, yang ada sayapnya. Jangan berspekulasi dengan pembalut super tipis yang ending-nya bikin Anda menangis.
2. Jangan Lupa Suplemen Penambah Darah
Ini juga tak kalah penting. Perhatikan statistik ini :
Dalam kondisi normal, wanita mengeluarkan darah menstruasi sebanyak 40 cc / hari ( batas maksimal ada di angka 80 cc / hari ) atau sekitar 3 sendok makan, dan umumnya akan terus keluar selama 4-5 hari.
Untuk ukuran darah, 3 sendok makan itu banyak lho. Serius. Itulah mengapa suplemen penambah darah sangat diperlukan.
Jangan sampai Anda pingsan karena masalah ini. Kalau pingsan gegara lihat mantan ( yang masih Anda sayang ) naik gunung bareng pacar barunya si gapapa. Itu masalah Anda, bukan problematika saya.
3. Bawa Pereda Nyeri
Meskipun sebelumnya Anda belum pernah minum pereda nyeri, tak ada salahnya membawa serta obat yang satu ini.
Karena sekali lagi, medan pertempuran di gunung itu sungguh terjal dan tak bisa diprediksi, tak seperti kamar Anda yang pasti wangi dan banyak ornamen bunga di sana-sini.
Yang jelas, obat pereda nyeri sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit atau kram di bagian perut. Kabar buruknya, rasa nyeri Anda karena melihat mantan berduaan dengan pacar barunya akan tetap terasa. Gapapa, kan ?
4. Dan yang Pasti, Air Minum
Bisa dibilang, air minum adalah kebutuhan paling fundamental selama pendakian. Apalagi, bagi Anda yang disibukkan rewelnya tamu bulanan.
Outfit boleh sederhana, bekal makanan tak masalah meski sekadar mie dan ketela. Tapi untuk urusan pereda dehidrasi, harus yang benar-benar murni, yang diambil langsung dari sumber mata air pegunungan tertinggi.
Faktanya, air putih murni ampuh untuk meredam rasa nyeri secara alami. Jadi saran saya, bawa air putih saja. Hindari minuman dengan pewarna, pemanis buatan, apalagi yang bersoda.
Anda boleh gembira, tapi tak perlu sampai repot-repot meracik soda gembira di puncak sana.
B. Selama Pendakian
1. Buat Statement
Statement kalau Anda jomblo dan mencari pria mapan ? Jelas bukan.
Statement di sini maksudnya, beri tahu teman-teman kalau Anda sedang haid, kalau kondisi tubuh Anda sedang tidak 100% fit.
Dengan begitu, mereka akan maklum. Maklum kalau Anda sedikit-sedikit istirahat, maklum kalau Anda mendadak cemberut.
Pokoknya bicara terus terang. Jangan terus-terusan diam, apalagi menciptakan drama di lereng gunung yang sebenarnya asik buat pacaran itu.
2. Ganti Pembalut Sesering Mungkin
Fungsi pembalut adalah untuk menampung darah kotor. Darah kotor, tentu mengandung banyak bakteri yang tidak baik untuk daerah kewanitaan dan pasangan Anda kelak.
Nah, dalam kasus mendaki gunung, volume darah menstruasi dan populasi bakteri di dalamnya tentu lebih banyak ketimbang saat kondisi normal.
Jadi, usahakan mengganti pembalut sesering mungkin. Saran saya, setiap tiga atau empat jam sekali.
Sekarang Anda paham kan mengapa Anda harus membawa banyak pembalut ?
3. Perlakukan Pembalut Bekas dengan Benar
Sebagai anak gunung, Anda pasti paham pentingnya menghargai alam. Karena itu, jangan pernah membuang pembalut yang baru saja Anda pakai di sembarang tempat.
Solusinya, bungkus pembalut bekas dengan plastik, lalu masukkan ke dalam plastik yang lebih besar. Masukkan lagi ke dalam plastik yang lebih besar lagi. Terakhir, simpan di tas sampai Anda menemukan tempat sampah.
Bungkus plastik yang berlapis bertujuan agar bau amisnya tidak tericum. Kalau Anda kebetulan membawa minyak kayu putih, Anda juga bisa meneteskannya di pembalut bekas sebelum dibungkus.
Jangan ke hidung Anda, meskipun dengan cara itu, Anda juga bisa menghindari bau amis.
4. Terakhir, Nikmati Pendakian Anda
Siapa tadi yang memutuskan naik gunung ? Anda.
Siapa tadi yang bilang kuat muncak meski lagi haid ? Anda.
Jadi, apa Anda punya alasan untuk mengeluh ? Harusnya tidak.
Nikmati saja perjalanan menuju puncak yang sudah Anda rencanakan sejak lama itu. Jangan auto cemberut hanya karena haid, jangan mengeluh sebab nyeri perut yang bikin dahi kerut-kerut.
Soal mantan Anda sayang-sayangan dengan pacar barunya di samping Anda, itu urusan mereka. Urusan terpentingmu sekarang adalah, kapan Anda bisa seperti mereka ?