Sebelum lanjut membaca . . .
Agar Anda lebih meresapi tulisan ini, saran saya, bayangkan saat ini Anda sedang tersesat di gunung. Sendiri, sore hari, dan cuaca mendung sekali. Oya, satu lagi : HP Anda juga mati.
Saya tidak menyuruh Anda untuk menambahkan scene horor apapun dalam imajinasi Anda. Karena peristiwa ketersesatan Anda di hutan itu sudah lebih horor dari film horor terhoror sekali pun.
Maka, agar Anda bisa segera keluar dari kondisi buruk itu, agar Anda lekas kembali ke jalur pendakian yang benar, ini langkah demi langkah yang harus Anda lakukan secara bertahap :
Daftar Isi :
1. Tenang
Iya, tenang. Saya paham bagaimana khawatirnya seorang insan yang keluar dari jalur kebenaran. Apalagi ini soal jalur pendakian. Apalagi, Anda adalah newbie yang sama sekali tak membawa bekal pengalaman.
Tapi apapun alibinya, hal pertama yang harus Anda lakukan saat ini adalah tetap tenang. Pokoknya tenang. Jangan panik, jangan putus asa, dan jangan grusa-grusu kalau orang Jawa bilang.
Jangan samakan ketersesatan Anda dengan kasus menunggu pacar dandan, atau fenomena klasik dimana Anda lapar tapi slip gaji tak kunjung keluar.
Justru kalau Anda panik, putus asa, atau buru-buru mengambil tindakan demi mempertahankan eksistensi Anda di planet Bumi, bisa jadi Anda malah tersesat lebih jauh lagi. Raga Anda tersesat, jiwa Anda sekarat. Atau kalau guru Matematika saya bilang, tersesat kuadrat.
Anda tak mau bernasib seperti itu, kan ? Karena itu, sekarang ambil nafas dalam-dalam. Sudah merasa lebih tenang ? Kalau sudah, lanjut.
2. STOP
Bukan STOP berhenti ya, tapi STOP yang lain. Apa itu ?
STOP yang saya maksud di sini adalah Sit, Thinking, Observation, Planning, yang merupakan salah satu metode paling efektif untuk menemukan solusi dari suatu masalah, termasuk tersesat saat mendaki gunung.
Cara melakukannya :
- Sit – duduk sampai Anda merasa tenang ( kalau Anda sudah tenang sejak poin pertama, skip langkah ini )
- Thinking – berpikir dengan jernih
- Observation – lakukan observasi lingkungan sekitar
- Planning – buat rencana matang agar Anda bisa cepat kembali ke jalur pendakian yang benar
Kalau Anda melakukan STOP dengan baik, seharusnya Anda bisa menemukan ide-ide brilian. Kalau gagal, di bawah ini ada tiga solusi dari saya. Silahkan pilih mana yang paling mudah Anda lakukan.
Tapi saran saya, lakukan ketiganya secara berurutan.
1. Kembali ke Titik Awal, atau Terus Naik ke Puncak
Saat Anda tersesat ke jurang kemaksiatan, Anda hanya punya dua pilihan : lanjut atau kembali. Lanjut berarti neraka, kembali ( ke jalan yang benar ) sama artinya dengan surga.
Tersesat di jalur pendakian pun hampir sama.
Bedanya, kalau Anda tersesat di gunung, lanjut atau kembali sama-sama berarti surga. Maksud saya, keputusan mana pun yang Anda ambil, Anda akan selamat. Dengan catatan, Anda melakukannya dengan pertimbangan.
Maksud saya begini.
Kalau Anda masih punya banyak persediaan makanan, fisik Anda masih fit, dan Anda yakin sudah melewati setengah pendakian, jangan ragu untuk terus mendaki sampai puncak.
Ingat, puncak adalah tujuan paling mulia bagi anak gunung. Puncak gunung ialah tempat suci bagi seluruh jemaah pendaki dari seluruh penjuru negeri. Anda, hanya perlu terus naik dan menemui mereka. Mereka itu keluarga Anda. Meskipun, ya, mereka tak perlu tersesat seperti Anda.
Sebaliknya, kalau bekal Anda menipis, nafas Anda kempas-kempis, dan Anda haqqul yaqin belum jauh dari pos terakhir yang Anda lewati, maka jangan malu untuk turun lagi, jangan ragu kembali menyusuri jalur yang awal.
Percayalah, kedigdayaan Anda sebagai pendaki tidak selalu diukur dari berapa puncak yang pernah Anda injak, tapi juga dari kesuksesan Anda keluar dari jalur-jalur yang menyesatkan iman.
2. Tinggalkan Jejak
Sambil terus berjalan ke puncak atau turun, buat jejak yang menarik perhatian agar Anda lebih cepat ditemukan.
Anda membawa alat tulis ? Tulis informasi penting mengenai keberadaan Anda kemudian tempel di pohon. Alternatif lain, Anda bisa mematahkan ranting pohon di sepanjang perjalanan, mengikatkan sobekan kain di dedauanan, dan yang semacamnya.
Intinya, “tugas” Anda adalah mempermudah pendaki lain dan bahkan tim SAR menemukan posisi Anda. Ide-ide di atas hanya contoh. Anda bisa berkreasi dengan cara yang lebih efektif, sesuai situasi dan kondisi Anda.
Yang penting, jangan mengikatkan diri Anda di pohon. Bahaya.
3. Membuat sinyal
Untuk melakukan ini, cari tempat yang strategis dulu. Misalnya, di tempat yang lebih lapang dan terbuka.
Setelah itu, buat tulisan “SOS” dari kayu atau dedaunan. Pastikan tulisannya terbaca jelas dari atas. Kalau tidak memungkinkan, Anda juga bisa membuat sinyal dengan api unggun, tumpukan batu, atau yang lainnya.
Yang penting mudah terlihat dari kejauhan, khususnya di malam hari.
Skill Yang Harus Dimiliki Anak Gunung
Menurut hemat saya, 2+3 metode di atas adalah tips dan trik paling efektif yang harus dilakukan saat Anda tersesat di jalur pendakian. Sebagai tambahan, di bawah ini ada tiga skill yang sebaiknya Anda kuasai untuk mengantisipasi kalau-kalau Anda tersesat lagi.
1. Survival Skill
Atau kemampuan bertahan hidup.
Keahlian ini termasuk dalam Rules of Three ( Aturan 3 ) dalam bertahan hidup, yang merupakan prinsip dasar yang harus dipahami sekaligus sebagai panduan atas tindakan Anda selanjutnya.
Rules of Three adalah :
- Manusia hanya bisa tertahan hidup 3 menit tanpa oksigen
- Manusia hanya bisa bertahan hidup 3 jam tanpa perlindungan di cuaca ekstrim
- Manusia hanya bisa bertahan hidup 3 hari tanpa air
- Manusia hanya bisa bertahan hidup 3 minggu tanpa makan
Dengan memahami ini, Anda tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk hal yang sia-sia. Menulis surat wasiat, misalnya. Ingat tulisan saya di awal tadi ? Jangan panik, putus asa, atau buru-buru mengambil tindakan.
2. Kemampuan Menentukan Arah
Skill ini juga tak kalah penting.
Kemampuan menentukan arah, baik dengan kompas ataupun saat menggunakan peta, akan menjadi sangat penting kalau Anda memang sering naik gunung atau keluar-masuk hutan.
Kalau survival skill bisa membantu Anda untuk terus bertahan hidup, maka kemampuan menentukan arah akan membimbing Anda agar selalu berada di jalan yang benar, dan tidak mudah tersesat.
Andai kemampuan ini sudah Anda kuasai dari dulu, mungkin Anda tidak perlu tersesat seperti ini.
3. Kemampuan Signaling
Di atas tadi saya sudah bilang kalau membuat sinyal adalah salah satu cara menyelamatkan diri saat Anda tersesat.
Tapi kalau Anda tidak punya kemampuan signaling yang baik, hasilnya justru mengecewakan : tidak akan ada seorang orang yang bisa “membaca” sinyal Anda. Akhirnya apa ? Durasi tersesat Anda akan bertambah lama.
Karena itu, belajarlah membuat sinyal dengan peluit, cermin, api, dan media lainnya. Pelajari juga kode-kode peting dalam kondisi darurat yang telah diakui oleh dunia internasional. Jangan hanya belajar membaca kode cewek.
Tapi bagian terbaiknya, usahakan jangan pernah mendaki sendirian. Pastikan Anda berjalan berkelompok agar lebih aman dan seru. Apalagi kalau liburan berdua dengan pasangan. Eh.